Selasa, 26 Juni 2012

Banjir Bandang (Flash Flood)


A.    Definisi

Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah yang terjadi akibat hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah. Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba. Banjir bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Kelestarian alam harus dijaga untuk mencegah banjir bandang.

Di sisi lain banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu)
yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan.



Gbr. 1.1 Pemukiman di lereng bukit harus selalu memperhatikan kondisi bukit diatasnya.
B.     Proses Terjadinya Banjir Bandang

Banjir bandang pada umumnya dapat terjadi dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor terjadi.



Gbr 1.2 Kondisi cuaca ekstrim memungkinkan sebagai pemicu longsoran dan banjir bandang.

Coba perhatikan muka air tanah (warna biru) yang terpotong oleh garis-garis terputus. Disitu berarti air tanahnya terkuak dan air tanah itu keluar seperti mata air yang akhirnya menjadi sumber air ketika longsoran itu berubah menjadi banjir air lumpur pada akhirnya.








                          

C.    Contoh Morfologi

Tentu saja lebih mudah dimengerti apabila kita melihat dengan cara tiga dimensi. Seperti morfologi dari sekitar Wasior.

Gbr. 1.3 Peta Wasior, Terlihat bukit di atas Wasior membentuk sebuah lembah panjang yang memungkinkan terbentuknya bendungan alami.

Kita lihat pada peta diatas bahwa Wasior terletak dibagian bawah dari sebuah bukit memanjang yg dikenal dengan nama Semenanjung Wandamen disebelah Selatan Wasior terdapat bentuk kipas aluvial yang rona cerah. Ini menunjukkan bahwa daerah ini memang sangat rentan dan sangat rawan terjadinya banjir bandang.


 



D.    Penyebab Terjadinya

Bagaimana dengan pembalakan hutan yang dicurigai itu ?



Menurut sumber yang kami dapat dari pernyataan salah satu dosen Fakultas Teknik Sipil UGM di internet, tidak tertutup kemungkinan bahwa penumpukan batang-batang kayu di daerah hulu ini akibat pembalakan hutan. Bagaimana kita dapat menduga bahwa kayu-kayu yang tertumpuk adalah akibat pembalakan hutan atau akibat pohon-pohon yang tumbang yang terseret saat longsor di bagian atas lereng lembah terjadi. Apabila kayu yang terseret oleh arus banjir bandang ini merupakan kayu gelodongan dengan ukuran teratur dan tampak terpotong secara seragam (tidak disertai adanya akar-akar pohon), tumpukan kayu yang membendung lembah di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon oleh manusia. Namun, apabila kayu-kayu yang terseret banyak disertai dengan akar-akar dan ranting-ranting pohon, sangat mungkin bahwa tumpukan kayu-kayu yang membendung hulu sungai terjadi secara alamiah akibat longsor yang menyeret pohon-pohon di permukaan lereng.
Gbr. 1.4 Wasior dan daerah yang rawan banjir bandang Rona cerah menunjukkan longsoran (banjir bandang) dimasa lampau.

Jadi, banjir bandang dapat pula dipicu oleh longsor dan pembendungan di daerah hulu, yang umumnya dicirikan dengan munculnya kenampakan berupa bekas-bekas longsor di bagian atas lembah sungai yang terbendung. Kenampakan bekas longsor ini dicirikan oleh terbentuknya torehan-torehan lengkung pada lereng-lereng di daerah hulu sungai.
Berikut adalah beberapa pernyataan dari para ahli mengenai penyebab terjadinya banjir bandang di Wasior Papua, yang kami dapatkan di dunia maya :
ñ Peneliti kebencanaan dari Universitas Gadjah Mada, Prof Dr HA Sudibyakto MS: banjir bandang yang melanda Wasior adalah hasil dari anomali cuaca. Anomali cuaca ini bertemu dengan degradasi lahan akibat pembalakan liar.

ñ Pakar geologi Universitas Gadjah Mada Prof Dr Dwikorita Karnawati: Kawasan Wasior merupakan daerah yang menjadi langganan banjir bandang. Menurutnya, ada atau tidak pembalakan hutan, Wasior tetap akan terkena banjir bandang. Kawasan ini, imbuhnya terbentuk akibat banjir bandang yang terjadi dan bisa dikatakan selalu terulang selama jutaan tahun. Ia menyebutkan, apa yang terjadi di Wasior 4 Oktober lalu merupakan proses alamiah. Bencana banjir bandang di Wasior juga dipicu kondisi bentang alam berupa perbukitan tektonik.

ñ Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan: menyatakan banjir bandang di Wasior bukan karena kerusakan hutan akibat pembalakan. Ia menyatakan, analisis atas banjir Wasior menyimpulkan, banjir disebabkan jebolnya sumbatan jalan air atau palung sungai di dalam sistem DAS Manggrai. ”Luas DAS Manggrai mencapai 2.065 hektar, kondisinya bagus. Dalam DAS itu tak ada HPH. Penyebab air bah bukan pembalakan atau pertambangan. Diduga, ada sumbatan palung sungai dalam DAS itu. Sumbatan itu terbentuk dari penumpukan batang kayu dan lumpur yang terus bertambah besar dan tinggi menyerupai bendungan. Pergerakan patahan bumi di CA Wondiboi membuat pohon tumbang dan akhirnya menyumbat palung sungai yang sekarang jebol. Namun, kami masih mencari di mana persisnya lokasi sumbatan itu.”

  
DAFTAR PUSTAKA :








Tidak ada komentar:

Posting Komentar